Babak Penyisihan Olimpiade Sains Kuark 2009 di Tulungagung, dampaknya…

Pagi ini kuantar cupang kecilku ke Primagama Diponegoro, Tulungagung, ± 300 meter sebelah selatan alun-alun. Dia harus mengikuti babak penyisihan  untuk level 1 (anak kelas 1 SD) di Olimpiade Sains Kuark 2009 yang diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia oleh PT Kuark Internasional. Yah..jelas misinya mencari bibit-bibit cupang tangguh yang siap dibebani tanggung jawab membangun negeri cupang nantinya.

Kuantar cupang kecilku ke tempat test babak penyisihan pukul 07.15 WIB. Pukul 08.00 test dimulai. Cupang–cupang kecil peserta test masuk ruangan pukul 07.80 untuk mempersiapkan test, alat-alat tulis, pembagian tempat duduk, pembagian soal dan lembar jawaban komputer (LJK). Ya, memang beberapa cupang kecil terlambat datang tapi masih bisa mengikuti test. Pagi itu sekitar 120 cupang kecil mengikuti babak penyisihan olimpiade tersebut.

Namun demikian ada satu hal yang menggelitik untuk dikoreksi. Beberapa cupang kecil tidak kebagian lembar LJK, kurang lebih menurut itungan saya ada 6 kekurangan, dan sebagian tidak mendapat soal. Khusus yang tidak mendapat LJK, menurut saya, alokasi peserta dari daerah tentunya sudah dikirimkan datanya ke panitia pusat, tapi kok ya masih bisa kurang. Mungkin saja kalau satu daerah pesertanya banyak, barangkali tidak terlalu menggelitik, tapi cupang–cupang ciliknya hanya 120an.

Menurut keterangan Om Rudi, panitia Babak penyisihan di Tulungagung, data peserta sudah dikirim ke Jakarta, dan lembar2 LJK dikirim dari Jakarta bersama lembar soal dalam bentuk segel, sehingga sebelum penyisihan dimulai, panitia daerah tidak berani membuka segel. Ternyata setelah dibagikan kurang juga. Kasihan tuh beberapa cupang kecil, sementara mereka dituntut siap, disiplin membagi waktu dan menyelesaikan pembelajaran materi, ternyata panitia, dalam hal ini panitia pusat masih kurang memperhatikan hal2 demikian. Yang sangat disayangkan, keumekan panitia tersebut tampak jelas di depan cupang–cupang kecil, waktu mau tidak mau mulur pula’. Cupang–cupang kecil tampak gak jenak.

Dengan keadaan tersebut, panitia mengambil langkah untuk kekurangan dipenuhi dengan fotokopi. Inipun menjadi pertanyaan bagi saya dan saya konfirmkan. Pertama, masa’ event selevel Prof. Yohanes Surya yang notabene nasional, pelaksanaan teknis di lapangannya seperti itu. Kedua, bagaimana validitas LJK fotokopi saat pengecekan by komputer.

Akhirnya oleh panitia daerah, saya dihubungkan dengan panitia Jakarta by phone. Saya sampaikan dah unek-unek saya termasuk soal mental bagi cupang–cupang kecil, khususnya yang baru pertama mengikuti event seperti ini, contoh, cupang kecilku, dapat fotokopian pula’. Soal fotokopi pun disampaikan nantinya akan diisikan di LJK oleh panitia. Walah, malah nambah pertanyaan dalam hati, bisa jadi tidak bersih dong pelaksanaannya kalo fotokopi LJK, kemudian dipindah ke LJK yang diupayakan kemudian dan diisikan oleh panitia.Lha kalo ponakannya panitia ikutan olimpiade, katakanlah demikian, bisa curang-curangan dong.

Hfff… emang patut kita mengkritisi hal-hal semacam itu, saya rasa. Yang jelas, pelaksanaan berikutnya jangan terulang deh kekurangan-kekurangan yang sebetulnya dapat diantisipasi sebelumnya. Jangan sampai event hebat terkesan tidak serius pelaksanaannya. Kemudian memang setelah selesai, pulang,  dan nyampe rumah,

Mah, majalah dah Kakak abisin, katanya disuruh disiplin dan rajin. Besok lagi Kakak gak mau ikutan olimpiade, Mah. Kakak kapok!

Nah lo… cupang kecil ngambek.

4 Komentar

Comments RSS TrackBack Identifier URI